Prabowo Subianto, presiden RI terpilih periode 2024-2029, mengungkapkan bahwa Indonesia saat ini masih mengimpor BBM, khususnya solar, hingga mencaoai senilai USD 20 miliar atau setara Rp 320 triliun (asumsi kurs Rp 16.000) per tahun.
Hal itu dikatakan Prabowo di dalam Qatar Economic Forum, dikutip Rabu (22/5). Dia bilang, “Saya berkomitmen untuk membawa Indonesia menuju swasembada energi sekaligus berupaya menghentikan impor Bahan Bakar Minyak (BBM).”
Prabowo menambahkan, “Salah satu caranya yakni menggenjot pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN). Ke depan Indonesia akan beralih dari penggunaan energi fosil ke sumber energi yang lebih bersih seperti BBN.”
Penjelasan Prabowo, dirinya optimistis bahwa penggunaan BBN sebagai pengganti BBM akan menghemat anggaran negara.
Di tempat yang sama, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati pun mendukung langkah Prabowo tersebut.
Dia berkata, “Pertamina juga berupaya mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM dan mulai beralih ke energi alternatif melalui pengembangan BBN.”
Komentar Nicke, “Upaya mengurangi impor BBM dilakukan dengan meningkatkan ketahanan energi, keterjangkauan energi, aksesibilitas energi, hingga keberlanjutan energi, di antaranya bisa melalui pengembangan program bioenergi seperti biodiesel, biogasoline, dan bioavtur.”
Sementara itu, berdasarkan data BPS, nilai impor minyak mentah Indonesia selama periode Januari-Februari 2024 mencapai USD 1,5 miliar atau Rp 24 triliun, dengan volume 2,6 juta ton.
Data BPS lainnya menunjukkan, impor minyak mentah Indonesia mayoritas berasal dari Arab Saudi, Angola, Nigeria, Amerika Serikat, Australia, dan negara lainnya.
Adapun data impor minyak mentah Indonesia hingga Februari 2024 berdasarkan data BPS:
– Arab Saudi secara volume sebesar 735 ribu ton senilai USD 439 juta.
– Angola secara volume sebesar 618,3 ribu ton senilai USD 350 juta.
– Nigeria secara volume sebesar 503 ribu ton senilai USD 296 juta.
– Amerika Serikat secara volume 214 ribu ton senilai USD 139 juta.
– Australia secara volume 153 ribu ton senilai USD 102 juta.
– Lainnya secara volume 413 ribu ton senilai USD 243 juta.
Indonesian Mining