Tahun depan subsidi listrik diperkirakan akan tembus hingga Rp 83,08 triliun. Hal itu termaktub di dalam rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) 2025.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Kamis (30/5), menjelaskan, besaran subsidi itu dihitung berdasarkan asumsi dasar makro ekonomi RAPBN 2025.
Asumsi yang digunakan antara lain, kurs Rp 15.100 terhadap dolar Amerika Serikat (AS), harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude-oil Price/ICP) sebesar USD 80 per barel dan inflasi 2,5 persen.
Kata pria yang disapa Darmo tersebut, “Ada tiga analisis sensitivitas terhadap subsidi listrik. Pertama, setiap perubahan ICP USD 1 per barel berpengaruh terhadap subsidi listrik sebesar Rp 0,21 triliun.”
Dia melanjutkan, “Kedua, setiap perubahan kurs USD 100 berpengaruh terhadap subsidi listrik sebesar Rp 0,48 triliun. Ketiga, setiap perubahan inflasi 0,1 persen berpengaruh terhadap subsidi listrik sebesar Rp 0,002 triliun.”
Darmo kemudian merinci alokasi subsidi listrik untuk tahun depan. Sebesar Rp 53,96 triliun untuk 35,22 juta pelanggan rumah tangga.
Lalu, Rp 12,2 triliun untuk subsidi 2,13 juta pelanggan sosial. Berikutnya, Rp 9,4 triliun untuk subsidi 4,29 juta pelanggan bisnis. Selanjutnya, Rp 5,9 triliun untuk subsidi 0,24 juta pelanggan industri.
Terakhir, Rp 1,6 triliun untuk subsisi 0,2 juta pelanggan pemerintah dan lainnya.
Indonesian Mining