Keberadaan riset nuklir di Indonesia tidak lepas dari dukungan infrastruktur ketanaganukliran.
Hal itu dikatakan Hanafi Ali, pelaksana fungsi Direktorat Pengelolaan Fasilitas Ketenaganukliran (DPFK) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dilansir dari situs resmi BRIN, Selasa (4/6).
Kata dia, “Fasilitas yang dimiliki BRIN siap mendukung kerja sama dengan industri, terutama terkait kerja sama dari hasil periset BRIN.”
Fasilitas tersebut terkait dengan produksi produk radioisotop hingga perlimbahan radioaktif.
Keterangan Hanafi, “Saat ini terdapat enam instalasi yang sebagian besar berada di wilayah Serpong, Tangerang Selatan.”
Lanjut dia, ” Serpong menjadi salah satu tempat di mana periset melakukan risetnya dan melakukan produksi radioisotop yang sudah bisa dikomersilkan.”
Hanafi lalu bercerita soal fasilitas pendukung produksi yang dimulai dari instalasi produksi bahan bakar, reaktor sebagai tempat produksi, hingga pengolahan limbah radioaktif yang masih di dalam satu kawasan guna membentuk proses yang berkesinambungan.
Penjelasan dia, “Ketika memproduksi radioisotop membutuhkan instalasi bahan bakar reaktor. Sehingga, di Serpong juga terdapat instalasi produksi bahan bakar.”
“Ada juga instalasi pengolahan limbah radioaktif. Jadi setiap hasil produksi hasil kegiatan-kegiatan yang ada di instalasi ini saling terintegrasi dan perlimbahannya juga dilakukan di instalasi kami,” jelas Hanafi.
Hanafi kembali menjelaskan bahwa saat ini kapasitas produksi baru berskala laboratorium, karena pada awal peruntukkannya sebagai produksi kapasitas laboratorium.
“Tapi saat ini sedang dilakukan proses pengkajian untuk memperbesar menjadi pusat produksi radio isotop skala besar,” ungkap dia.
Indonesian Mining