Manajemen PT PAM Mineral Tbk (NICL) menyalahkan kondisi berlebihnya (oversupply) pasokan komoditas nikel di dalam negeri berdampak negatif bagi perseroan.
Hal itu diungkapkan Direktur Utama PAM Mineral Rudy Tjanaka dalam keterangan tertulis, Senin (3/6).
Dia bilang, “Kinerja triwulan satu tahun ini mencatatkan penjualan sebesar Rp 116,7 miliar, atau turun 54,98 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2023 sebesar Rp 259,4 miliar.”
Rudy berkomentar, “Sejalan dengan menurunnya penjualan, laba usaha juga mengalami penurunan menjadi sebesar Rp 19,5 miliar atau turun 74,85 persen dibandingkan dengan triwulan pertama tahun lalu sebesar Rp 77,8 miliar.”
Lanjut dia, “Sehingga dari sisi laba bersih hanya mencatatkan keuntungan sebesar Rp 12,2 miliar atau mengalami penurunan sebesar 78,92 persen dibandingkan dengan triwulan pertama tahun lalu.”
Berdasarkan keterangan Rudy, penurunan disebabkan oleh turunnya volume produksi nikel karena Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) perseroan baru terbit pada Mei 2024.
Tapi, imbuh dia, perseroan sukses melakukan efisiensi beban pokok pendapatan dengan meningkatkan marjin laba kotor pada triwulan pertama tahun ini menjadi 37,07 persen dari 36,92 persen pada triwulan pertama tahun sebelumnya.
Terkait neraca, tercatat total aset perseroan pada triwulan pertama 2024 sebesar Rp 881,7 miliar, naik dibandingkan dengan total aset pada triwulan pertama 2023 yang sebesar Rp 692,1 miliar.
Indonesian Mining