Indonesia Commodity & Derivates Exchange (ICDX) alias Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia akan menambahkan komoditas logam, yakni nikel, sebagai salah satu produk andalannya.
Hal itu dikatakan oleh Board Member ICDX Group Megain Widjaja di Jakarta, Selasa (11/6).
Saat ini ICDX baru memiliki dua produk perdagangan logam, yaitu timah dan emas.
Kata Megain, “ICDX akan menambahkan produk baru, apakah itu nikel atau aluminium. Itu produk yang approve dari pemerintah untuk ditransaksikan.”
Megain lalu bilang, “Ini baru pertama di Asean. Karena kita punya barangnya, kalau tidak ada maka susah.”
Berdasarkan keterangan Megain, penambahan produk nikel sudah didiskusikan cukup lama. Namun, karena ada satu hal dan lain maka ICDX memutuskan untuk melihat waktu yang tepat, yakni pada pemerintahan baru.
Megain komentar, “Tidak ada kendala dengan pemerintahan yang lama, karena ada transisi antarkebijakannya. Supaya juga nanti kami sudah siap kalau dipanggil.”
Dia menjelaskan, konsep perdagangannya adalah kontrak fisik. Ia pun mengaku, produk ini nantinya tidak akan menjadi saingan dari London Metal Exchange (LME), melainkan menjadi pelengkap.
“Masing-masing market punya harga yang berbeda-beda dan ini saling berkolerasi, saling influence satu sama lain sehingga bisa membuat sebuah harga global,” kata dia.
Di sisi lain, harga nikel dunia mengalami kenaikan empat bulan berturut-turut sejak Februari sampai Mei 2024.
Data Bank Dunia, pada Mei 2024 menunjukkan, rata-rata harga nikel kadar minimal 99,8 persen di LME sudah mencapai USD 19.586,98 per ton atau turun 10,8 persen year on year.
Laporan Commodity Markets Outlook edisi April 2024, Bank Dunia memproyeksikan harga nikel tahun ini akan berfluktuasi hingga rata-ratanya berkisar USD 17 ribu per ton, imbas kenaikan pasokan dari Indonesia dan Cina.
Indonesian Mining