PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sepanjang kuartal pertama tahun ini, atau periode hingga Maret lalu, mencatatkan kinerja yang negatif.
Kondisi tersebut tercermin dari adanya penurunan di seluruh pos keuangan perusahaan. Mengutip laporan keuangan perusahaan, Senin (1/7), Vale hanya memperoleh pendapatan sebesar USD 229,9 juta atau setara Rp 3,77 triliun (kurs Rp 16.400).
Pendapatan tersebut turun 36,68 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Pada kuartal pertama tahun lalu, Vale mampu meraup pendapatan hingga USD 363,1 juta atau setara Rp 5,95 triliun.
Adanya penurunan pendapatan dikarenakan penurunan penjualan kepada Vale Canada Limited (VCL) sebagai pihak berelasi menjadi hanya USD 182,7 juta atau sekitar Rp 3 triliun dari sebelumnya USD 290,3 juta atau Rp 4,75 triliun.
Penurunan juga terjadi terhadap penjualan ke Sumitomo Metal Mining (SMM) dari semula USD 72,79 juta hanya tersisa USD 46,19 juta.
Vale juga mengalami penurunan beban pokok pendapatan hingga 8,06 persen dari semula USD 228,2 juta menjadi USD 209,8 juta.
Laba bruto pun jeblok hanya menjadi USD20,09 juta dari semulau USD 134,9 juta pada periode kuartal pertama 2023.
Kerugian juga dialami Vale untuk pengakuan nilai wajar aset derivatif sebesar USD 12,88 juta. Ini berbeda dengan kondisi periode yang sama tahun lalu yang justru surplus USD 96,18 juta.
Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk juga jeblok hingga 96,3 persen dari USD 168,7 juta menjadi USD 6,19 juta.
Di satu sisi, hingga akhir Maret 2024, Vale memiliki nilai aset hingga USD 2,89 miliar, turun dibandingkan periode akhir Desember 2023 yang sebesar USD 2,92 miliar.
Kemudian, jumlah liabilitas dan ekuitas Vale tercatat masing-masing sebesar USD 325,4 juta dan USD 2,56 miliar.
Indonesian Mining