TIS Petroleum (Asia) Pte Ltd ternyata pernah melakukan transaksi bisnis dengan PT Saka Energi Indonesia, anak usaha dari PT PGN Tbk.
Informasi yang dihimpun IndonesianMining.com, Saka Energi pernah menjual minyak mentah ke TIS Petroleum melalui kargo kapal tanker sebesar 7.800 bph pada medio 2013 dari Blok Pangkah PSC yang berlokasi di Jawa Timur.
Laporan keuangan Saka Energi pada 31 Maret 2023 menunjukkan, Saka Energi memperoleh pendapatan sebesar USD 59.352.789 atau senilai Rp 893,97 miliar (kurs Rp 15.062).
Sumber IndonesianMining.com yang enggan disebut namanya pada Jumat (3/1), di Jakarta, berkata, “Ada kemungkinan kedekatan TIS Petroleum dengan Saka Energi karena ada mantan petinggi Saka Energi yang sekarang jadi petinggi di TIS Petroleum.”
Penelusuran IndonesianMining.com, diduga orang yang dimaksud adalah Tumbur Parlindungan. Sekedar informasi, Tumbur Parlindungan kini duduk sebagai upstream director di TIS Petroleum.
Sebelumnya, Tumbur pernah menjabat sebagai chief operating officer (COO) di Saka Energi sejak Agustus 2012 hingga Mei 2016. Lalu pada Mei 2016 hingga Mei 2019 dia dipercaya sebagai chief executive officer (CEO) Saka Energi.
Baca juga :
- Sekelumit Cerita Soal Kernel Oil dan TIS Petroleum
- Bidik Kondensat di Tanah Air, Kernel Oil Masuk (Kembali) Lewat TIS Petroleum?
Tumbur pun di waktu yang hampir bersamaan, pada Januari 2016 hingga Juni 2019, juga duduk sebagai komisaris independen di PT Transportasi Gas Indonesia yang juga anak usaha dari PGN.
Di sisi yang lain, lanjut sumber, TIS Petroleum diketahui juga pernah menawarkan untuk membeli salah satu blok migas yang dimiliki Saka Energi.
Kata sumber, “Saya lupa blok apa yang diincar TIS Petroleum. Namun transaksi tersebut batal dilakukan, entah karena manajemen PGN, induk usaha Saka Energi, yang enggan menjualnya, atau penawarannya terlalu kecil.”
Data yang dihimpun IndonesianMining.com, Saka Energi saat ini ikut memiliki (Participating Interest/ PI) 10 blok migas, yakni Muriah PSC (Jawa Tengah), Pangkah PSC (Jawa Timur), Ketapang PSC (Madura), dan West Yamdena Block (Maluku).
Kemudian ada Muara Bakau PSC (Kalimantan Timur), South Sesulu PSC (Kutai Basin), Pekawai Block (Kutai Basin), Bangkanai PSC (Kalimantan Tengah), West Bangkanai PSC (Kalimantan Tengah), dan Sangkar PSC (Jawa Timur-Jawa Tengah).
Sumber menambahkan, “TIS Petroleum juga pernah menawarkan gas alam cair (liquefied natural gas/ LNG) ke PGN untuk pengganti kargo LNG ke Gunvor Singapore PTE LTD.”
“Namun transaksi itu juga batal,” lanjut sumber.
Kernel Oil
Penulusuran IndonesianMining.com, TIS Petroleum beroperasi pada 2013 sebagai perusahaan trading untuk mensuplai pasokan minyak mentah dan turunannya.
Uniknya, tahun beroperasinya TIS Petroleum itu berbarengan dengan munculnya kasus Kernel Oil Pte Ltd.
Pada 2013, TIS Petroleum juga masuk ke sektor hulu (upstream) migas. Dilanjutkan pada 2019 memiliki participating interest (PI) dan menjadi operator di Blok Blora PSC.
Tiga tahun kemudian, tepatnya pada 2022, mereka memperoleh persetujuan rencana pengembangan (Plan Of Development/ POD). Puncaknya pada 2023, di mana Lapangan RBG Blok I resmi beroperasi (on-stream).
TIS Petroleum dan Kernel Oil diketahui juga memiliki kantor di Singapura di gedung yang sama, yakni 7500A Beach Road, The Plaza.
Soal Kernel Oil, perusahaan ini memang kerap terlibat sejumlah kasus suap menyuap. Perusahaan ini dikendalikan oleh pria bernama Widodo Ratanachaitong, yang juga duduk sebagai president trading director di Kernel Oil.
Pada 2013, Kernel Oil tersandung kasus suap dengan petinggi SKK Migas berinisial RR yang berhasil dibongkar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Lalu pada 2019, KPK Kembali mengungkap keterlibatan Kernel Oil dalam kasus suap mantan direktur utama Pertamina Energy Trading Limited (Petral) bernama Bambang Irianto atas statusnya sebagai managing director Pertamina Energy Service Pte Ltd (PES) periode 2009-2013.
Bambang diduga menerima suap USD 2,9 juta terkait pengamanan jatah alokasi dari Kernel Oil dalam tender pengadaan atau penjualan minyak mentah alias produk kilang.
Indonesian Mining