Meskipun menjadi negara penghasil nikel terbesar di dunia, Indonesia diketahui masih melakukan impor nikel.
Data Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (10/6), mengungkapkan, sepanjang Januari hingga Maret 2024 alias kuartal pertama 2024, total impor nikel Indonesia mencapai 227.015 metrik ton.
Impor nikel paling banyak dilakukan Indonesia dari Filipina, yaitu mencapai 217.450 metrik ton pada Maret 2024.
Negara lain yang menjadi pengimpor nikel adalah Taiwan sebesar 9.554 ton, Singapura 10,5 ton, dan sisanya berasal dari Brazil, Cina, dan Kaledonia Baru.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif pada Jumat (7/6) pernah berkata bahwa Indonesia membutuhkan pasokan nikel dari luar negeri.
Alasannya, karena banyak Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) produsen nikel belum terbit.
Kata dia, “RKAB disusun untuk produksi selama tiga tahun ke depan. RKAB yang sudah diterbitkan Ditjen Minerba baru 470 perusahaan dengan total produksi 240 juta ton.”
Menteri Arifin pun kini sedang melakukan investigasi mengapa impor nikel melonjak sepanjang kuartal pertama tahun ini.
Namun, lanjut dia, sementara ini alasannya produksi nikel tersendat karena banyak RKAB yang belum terbit.
“Produksi nikel tersebut tidak bisa memenuhi kebutuhan industri dalam negeri, terutama pabrik pengolahan atau smelter nikel yang tidak terintegrasi dengan pertambangan,” jelas dia.
Komentar Arifin, “Kita sistemnya ada dua, yang terintegrasi sama yang tidak terintegrasi. Kalau yang tidak terintegrasi melakukan ekspansi kapasitas, Ini pasti butuh masukan ore.”
Indonesian Mining