Optimalisasi penggunaan gas bumi untuk kalangan industri bisa tetap terjaga jika adanya koordinasi di semua lintas sektor kepentingan.
Hal itu ditegaskan oleh Wakil Ketua Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB) Achmad Widjaja dalam siaran pers, Senin (24/6).
Dia bilang, “Kordinasi perlu segera dijalankan agar kebutuhan industri pengguna sumber energi ini bisa terpenuhi dan pada saat yang sama mata rantai industri migas tetap terjaga.”
Achmad juga jelaskan, “Hal terpenting bagi industri pengguna gas bumi adalah kepastian pasokan dan kepastian harga. Supaya keberlangsungan serta keberlanjutan produksi tetap terjaga.”
Menurut keterangan dia, konsistensi kepastian pasokan gas bumi saat ini sulit terealisasi karena masih terdapat sejumlah faktor yang harus dibenahi.
Dia lalu menyebut soal program gas murah untuk industri yang dikenal sebagai Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT).
Bahkan secara tegas Achmad komentar, ”Kalau perlu HGBT buat industri dicabut saja tidak apa-apa. Terpenting adalah kepastian pasokan.”
Secara lantang dia kembali berkata, ”Padahal yang terpenting adalah kepastian pasokan gas ke industri.”
Seperti diketahui, program HGBT yang mematok harga sebesar USD 6 per MMBTU, yang di satu sisi sangat bermanfaat dan dinikmati industri pengguna gas bumi.
Namun, di sisi lain negara juga harus menyubsidi ke sektor hulu migas sehingga produksinya akan sangat tergantung ketersediaan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Sementara di sisi midstream dan downstream sebagai pihak pemilik serta pengelola infrastruktur penyaluran gas bumi, harga tersebut juga tidak mencapai nilai keekonomian.
Situasi ini yang menciptakan ketidakpastian akan pasokan sehingga pada akhirnya juga tidak menguntungkan bagi pihak manapun.
Indonesian Mining