Program hilirisasi tembaga yang terus didorong pemerintah konon akan mendongkrak nilai ekspor hingga di kisaran USD 16 miliar hingga USD 18 miliar atau setara Rp 256 triliun hingga Rp 288 triliun (kurs Rp 16.000) per tahun.
Pernyataan tersebut dilontarkan oleh Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu dalam rapat dengan Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), Rabu, (10/7).
Kata dia, “Tembaga ini mungkin jadi salah satu contoh yang bagus untuk jadi ilustrasi. Tanpa hilirisasi, ekspor konsentrat tembaga hanya baru sebesar USD 8 miliar hingga USD 9 miliar.”
Penjelasan Febrio, saat ini ekspor konsentrat dilakukan oleh dua perusahaan besar, yaitu PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Internasional Tbk.
Komentar dia, “Ekspor konsentrat tembaga dari dua perusahaan ini diperkirakan mencapai USD 8 miliar hingga USD 9 miliar setiap tahunnya.
Penjelasan dia, selama ini pemerintah berkukuh agar perusahaan tambang di Tanah Air membangun smelter.
Pasalnya, imbuh Febrio, pemerintah percaya adanya smelter akan memberikan nilai tambah produk sumber daya alam Indonesia, khususnya tembaga.
Di satu sisi, lanjut dia, kebijakan hilirisasi tembaga bisa mengurangi penerimaan PNBP untuk sementara. “Namun, saya yakin nilai tambah yang diberikan dari hilirisasi tembaga akan lebih besar untuk perekonomian,” jelas dia.
Indonesian Mining