Laba periode berjalan semester pertama tahun ini PT Vale Indonesia ambles hingga 82 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu dari USD 207,8 juta atau setara Rp 3,32 triliun (kurs Rp 16.000) menjadi tersisa USD 37,28 juta atau sekira Rp 596,48 miliar.
Jebloknya kinerja Vale juga terjadi pada sisi pendapatan yang turun hingga 27,3 persen, dari USD 658,96 juta (Rp 10,54 triliun) menjadi USD 478,75 juta (Rp 7,66 triliun).
Laba usaha Vale pun tersungkur hingga 74,6 persen dari USD 192,91 juta (Rp 3,1 triliun) menjadi USD 48,87 juta (Rp 781,92 miliar). Hal serupa terjadi untuk laba bruto yang terjerembab hingga 72 persen menjadi USD 61,58 juta (Rp 985,28 miliar) dari semula USD 220,47 juta (Rp 3,53 triliun).
Namun, pada kuartal kedua tahun ini Vale bisa meraup laba USD 31,1 juta (Rp 497,6 miliar), naik dibanding periode yang sama tahun lalu. Vale juga mencatatkan EBITDA USD 72,4 juta (Rp 1,16 triliun), naik 38 persen dibanding kuartal kedua 2023.
Presiden Direktur Vale Indonesia Febriany Eddy dalam keterangannya, Senin (29/7), bilang, “Laba kuartal kedua 2024 telah memperhitungkan kerugian yang belum terealisasi sebesar USD 6,1 juta atas pengakuan nilai wajar aset derivatif, yaitu hak partisipasi dalam investasi perseroan di PT Kolaka Nickel Indonesia.”
Dia juga berkata, “Esensi dari penyesuaian harga derivatif adalah kerugian yang tidak terealisasi dan bersifat non-operasional. Jika dinormalisasi, kami mencatat laba sebesar USD 35,9 juta pada kuartal kedua 2024, lebih tinggi 122 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
Pada kuartal kedua tahun ini Vale bisa menjual 17.505 metrik ton nikel matte, dan menghasilkan pendapatan USD 248,8 juta (Rp 3,98 triliun) atau naik delapan persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
Kondisi itu disebabkan kenaikan harga rata-rata nikel sebesar 12 persen menjadi USD 14.214 (Rp 227,42 juta) per ton pada kuartal dua 2024 dibandingkan USD 12.651 (Rp 202,42 juta) per ton pada kuartal pertama 2024.
Febriany komentar, “Meskipun kondisi pasar yang tidak menentu, kami tetap berkomitmen untuk mengoptimalkan kapasitas produksi, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi biaya.”
Beban pokok pendapatan Vale pun turun menjadi USD 207,3 juta (Rp 3,32 triliun) pada kuartal kedua tahun ini dibandingkan kuartal pertama tahun yang sama sebesar USD 209,8 juta (Rp 3,36 triliun).
Indonesian Mining