Bursa komoditas London Metal Exchange (LME) jelang akhir Mei ini menunjukkan penguatan, khususnya komoditas logam non-ferrous, termasuk sejumlah mineral andalan Indonesia seperti nikel, tembaga, dan timah.
Data LME, Senin (20/5), menyebutkan bahwa harga nikel menguat 6,48 perrsen menjadi USD 21.080 per ton pada penutupan perdagangan Jumat (17/5).
Nikel merupakan komoditas logam non-ferrous yang mengalami kenaikan harian paling tinggi di antara komoditas lainnya.
BMI, bagian dari Fitch Solutions Company, sebelumnya sempat memperkirakan bahwa rerata harga nikel untuk tahun ini akan berada di level di USD 18 ribu per ton, turun dari perkiraan sebelumnya USD 20 ribu per ton.
Kemudian, komoditas logam non-ferrous yang mengalami kenaikan harga harian paling besar kedua adalah tembaga.
Tembaga baik 2,34 persen menjadi USD 10.668 per ton pada penutupan perdagangan Jumat. Goldman Sachs memprediksi harga tembaga tahun ini menjadi USD 12 ribu per ton, dipicu risiko yang makin nyata akan terjadinya kelangkaan pasokan komoditas tersebut.
Outlook harga tembaga dari Goldman naik USD 2.000 atau 20 persen dari estimasi awal senilai USD 10 ribu per ton.
Berikutnya timah menjadi komoditas ketiga yang mengalami kenaikan harian paling tinggi, yaitu sebesar 1,55 persen menjadi USD 34.251 per ton pada penutupan perdagangan Jumat.
Level ini kian menjauhi proyeksi yang sebelumnya disampaikan BMI. Rerata harga timah untuk tahun ini akan bertengger di USD 26 ribu per ton, turun dari perkiraan sebelumnya di level USD 28 ribu per ton. Lalu aluminium yang menguat 0,99 persen menjadi USD 2.612 per ton.
Indonesian Mining