PT PGN Tbk pada kuartal pertama tahun ini telah memberikan panduan untuk spread gas lebih tinggi. Kondisi tersebut akan terus berlanjut sepanjang tahun ini.
Adapun kisaran spread harga gas yang direkomendasikan adalah USD 1,6 hingga USD 1,8 per MMBtu. Kisaran harga tersebut bisa berdampak terhadap keuntungan bagi perseroan ke depannya.
Farras Farhan, analis Samuel Sekuritas, dalam risetnya memaparkan bahwa pada kuartal pertama 2024, spread gas yang lebih tinggi di level USD 1,72 per MMBtu akan menghasilkan peningkatan margin EBITDA perseroan sebesar 34,4 persen.
Perseroan juga akan mengalami pertumbuhan laba bersih menjadi USD 121,1 juta atau naik 40,8 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Farras menambahkan bahwa venture gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) perseroan bersama Petronas akan berkontribusi USD 61 juta atau margin spread sebesar USD 3 per MMBtu pada kuartal pertama tahun ini.
Keadaan itu ditaksir akan menambah 5,7 persen terhadap total pendapatan PGN tahun ini yang ditaksir mencapai USD 3,7 miliar.
Farras juga menulis dalam risetnya, “Pada kuartal kedua tahun ini, bahkan bisa jadi sepanjang tahun ini, kenaikan harga minyak WTI sebesar 8,7 persen (year to date/ytd) memberikan prospek yang kuat terhadap pendapatan Saka Energi, anak usaha PGN.”
Dia juga mencatat, “Terdapat pula potensi penjualan saham di ladang Pangkah.”
Informasi lainnya, Saka Energi kuartal pertama tahun ini mencatatkan pendapatan USD 113,8 juta. Pendapatan tersebut turun turun 11,8 persen (yoy) dan menyumbang 12 persen terhadap PGN.
“Tahun ini, pendapatan Saka Energi diproyeksikan mencapai USD 440 juta, naik 5,2 persen (yoy) dan berkontribusi 13,3 persen terhadap total pendapatan PGN,” terang Farras.
Farras juga mencermati adanya potensi risiko ,terutama pada pendapatan PGN, seiring rencana pemerintah memperluas harga gas bumi tertentu (HGBT) yang sebesar USD 6 per MMBtu dari tujuh menjadi 11 industri.
Penjelasan dia, “Skema HGBT yang disubsidi tidak menghasilkan margin bagi PGN. Jika perluasan itu terjadi, malah berpotensi menurunkan margin keseluruhan PGN.”
Farras pun mengikuti soal pemberitaan negatif, terutama adanya kasus dugaan korupsi. “Jika terbukti bersalah, ini mencerminkan buruknya tata kelola perusahaan,” tulis dia.
Berdasarkan sejumlah uraian di atas, maka Samuel Sekuritas merekomendasikan untuk buy saham PGN.
Ada pula kemungkinan harga saham PGN akan dinaikkan menjadi Rp 1.800 dari sebelumnya Rp 1.300. Target harga baru itu mencerminkan EV/EBITDA 2024 sebesar 2,8 kali.
Terpisah, RHB Sekuritas malah merevisi rekomendasi saham PGN menjadi netral dari buy. Alasannya, target harga saham PGN baru mencapai Rp 1.400 dari sebelumnya Rp 1.440.
RHB Sekuritas dalam risetnya mencatat, “Berdasarkan nilai ESG sebesar 2,9 dibandingkan median negara yang sebesar 3, kami menerapkan dua persen diskon ESG ke target harga baru saham PGN.”
Analisa RHB Sekuritas, PGN sedang menghadapi sejumlah tantangan berat. Contohnya, adanya penurunan alami dari pemasok memaksa PGN untuk membeli gas dari pasar LNG untuk memenuhi permintaan gas domestik.
Seperti diketahui, harga LNG kini berada di level USD 10 per MMBtu. Harga itu lebih tinggi dibandingkan harga gas pipa yang hanya di level USD 5,5 hingga USD 5,8 per MMBtu.
RHB Sekuritas, berdasarkan informasi dari PGN, bahwa keberadaan LNG untuk menutup kekurangan pasokan gas pipa.
Sebelumnya, manajemen PGN mengakui adanya keterbatasan pasokan pada tahun depan. Hal itu karena adanya penurunan alami.
Salah satu contohnya adalah, sebelumnya pada Desember 2023, PGN dalam kontrak bagi hasil (Production Sharing Contract/PSC) di Blok Koridor, perseroan bisa memperoleh pasokan gas sebanyak 410 MMscfd untuk tahun ini.
Namun, pada 2028, pasokan gas dari Blok Koridor akan berkurang dan hanya tersisa 129 MMscfd. Perseroan lalu coba mencari alternatif untuk mengamankan pasokan LNG, terutama dari lokal.
Adapun sumber LNG lokal yang dibidik PGN berasal dari Bontang dan Donggi Senoro. Keadaan itu akan membuat margin distribusi PGN turun jadi USD 1,8 per MMBtu, karena tambahan biaya LNG.
RHB Sekuritas menulis, “Asumsi 13,4 persen dari harga minyak Brent, dan harga gas LNG USD 11,8 per MMBtu pada 2024 (estimasi harga minyak USD 88 per barel), menghasilkan total biaya LNG sebesar USD 87 juta.”
Indonesian Mining